Pernikahan Bisa Jadi Antidepresi Alami


Pernikahan ternyata bukan hanya sebuah awal menjalani hidup baru bersama pasangan, namun ternyata juga bisa jadi antidepresi alami yang terbukti manjur mengubah kesehatan mental seseorang.
Dalam penelitian yang pernah dilakukan beberapa tahun lalu, menyebutkan pernikahan dalam jangka panjang dan hubungan sosial yang berkualitas bahkan bisa mencegah resiko penyakit jantung. Jika dalam studi tersebut menggunakan pasangan usia lanjut, makan dalam setudi terbaru ini lebih difokuskan pada semua usia, ras, pendidikan dan tingkat materi.



Para ilmuwan dari Ohio State University, Amerika meneliti catatan medis pada lebih dari 3 ribu individu dari National Survey of Families and Households, yang di ambil dari dua kali sesi wawancara warga Amerika, yakni saat mereka single (1987-88) dan saat mereka menikah (1992-94).
Dari hasil wawancara dan tes medis bisa ditarik kesimpulan bahwa saat mereka masih single mereka mengaku sering mengeluh, gampang moody dan cepat tertekan, namun setelah mereka menikah lebih dari separuh responden menyatakan banyak menemukan kegembiraan, dan kestabilan emosi.
"Kita sangat terkejut dengan hasil yang bertolak belakang dengan keyakinan yang menyebutkan menikah justru memicu depresi. Selama ini mereka yang kerap merasa depresi menganggap pernikahan tak banyak membantu dan justru meningkatkan ketegangan dengan pasangan," jelas Adrianne Frech, siswa studi sosiologi dari Ohio State University yang terlibat dalam studi ini.
"Jika Anda memulai sesuatu dengan bahagia, Anda tak perlu berpikir terlalu jauh. Dalam hal ini mereka yang depresi lebih membutuhkan keintiman fisik, kedekatan secara emosi, dan dukungan sosial yang banyak dijumpai dalam sebuah perkawinan. Pernikahan banyak memberi keuntungan bagi mereka yang depresi, membuat mereka lebih diperhatikan dan membantu meningkatkan kepercayaan diri."
"Kita jangan hanya berpatokan dengan penilaian yang menyebutkan pernikahan sebagai sebuah sarana 'pengayaan diri', tapi cobalah melihat pernikahan dalam sisi emosionalnya, terutama bagi mereka yang sering depresi," tambah Kristi Williams, aisten professor Sociology dari Ohio State University, yang turut terlibat dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal tahunan Ohio State University edisi Agustus 2006. (ohio/rit)


0 komentar:

Posting Komentar