ORANG MISKIN YANG “MEMBAKAR UANG” Rp. 50 Miliar

Jum’at, 13 November 2009

Rokoknya om…! sapa seorang pedagang asongan pada orang yang sedang menunggu bis di terminal. Sahabat Darussalam, suasana seperti ini sangat lekat dengan kehidupan kita, dimana para pedagang yang menawarkan rokoknya, atau seorang teman yang menawarkan rokok kepada teman yang ada di sebelahnya.

Rokok memang tersedia dimana-mana, dan orang bosa dengan mudah merokok di sembarang tempat. Disadari atau tidak oleh para perokok, rokok dapat mengancam jiwa mereka maupun orang lain yang tidak merokok. Bahkan kebiasaan merokok bisa menyebabkan kemiskinan.

Dikatakan oleh Direktur pelayanan Medik RSUP Persahabatan dr. Tjandra Yoga Aditama Sp (k), MARS, bahwa data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan 215 miliar batang rokok dikonsumsi di Indonesia setiap tahun. Kalau diasumsikan harga rokok sekitar Rp 500 – Rp 700 per batang, maka uang yang akan dibakar percuma setiap tahun mencapai sekitar Rp 150 Triliun.

Di Negara kita sahabat, Indonesia, diperkirakan sekitar 70 juta orang atau 30 % dari populasi penduduk Indonesia adalah perokok. Kalau mereka rata-rata merokok sebungkus saja sehari, maka mereka “membakar uang” sekitar Rp 500 miliar setiap hari. Sementara itu perokok yang hidup di bawah garis kemiskinan sekitar 7 juta orang atau sekitar Rp 50 miliar uang yang dibakar oleh orang yang hidup dibawah garis kemiskinan.

Data yang di himpun dari Biro Pusat Statistik menyebutkan, proporsi konsumsi tembakau meningkat terus terhadap total mengeluaran konsumsi makanan. Secara keseluruhan penduduk Indonesia berbelanja tembakau sebanyak 2,5 kali lipat dari pengeluaran untuk biaya pendidikan dan 3,2 kali lipat lebih besar dibandingkan untuk biaya kesehatan.

Sementara, menurut WHO seseorang dapat menghabiskan sampai seperempat panghasilannya untuk membeli rokok. Di Negara lain seperti Filipina, orang yang membeli rokok local 20 batang sehari berarti ia menghabiskan 17 % anggaran belanja rumah tangganya. Kalau yang dibeli rokok impor maka 35 % anggaran belanjanya hilang untuk membeli rokok.

Di Malaysia harga 20 batang rokok dapat setara denga 5 % pendapatan buruh kasar. Di Shanghai, Cina petani menghabiskan uang untuk membeli rokok dab alcohol lebih banyak daripada uang yang dipakai untuk membeli gandum, daging, dan buah-buahan.

AKIBAT MEROKOK
Masih menurut dr Tjandra, bahwa kebiasaan mereokok telah terbukti menimbulkan 25 jenis penyakit pada berbagai organ tubuh. Antara lain kanker saluran pernafasan hingga paru, kandung kemih, bronchitis kronik, dan penyakit pembuluh darah. Dari sejumlah penyakit itu, kematian terbesar disebabkan oleh kanker paru, dan bronchitis kronik.
Kebiasaan merokok merupakan penyebab kematian 10 % penduduk dunia. Selama tahun 2000 lalu saja ditemukan 3,5 juta kematian akibat rokok.sebanyak 1,1 juta diantaranya terjadi di Negara-negara berkembang. Angka kematian akibat merokok diperkirakan menigkat menjadi 10 juta orang pada tahun 2025. tujuh juta diantaranya berasal dari negara berkembang.
Sahabat Darussalam, pada tahun 2030 diperkirakan satu dari enam manusia akan meninggal akibat kebiasaan merokoknya. Sekitar setengah dari para perokok akan meninggal akibat kebiasaan merokoknya, dan separuh dari kematian tersebut akan terjadi pada usia pertengahan, saat mereka sedang berada pada puncak produkfitasnya.
Kebiasaan merokok ternyata meningkatkan resiko terjadinya impotensi sebesar 50% pada pria berusia 30-40 tahun. Salahsatu penelitian pada veteran perang Vietnam di Amerika serikat pada tahun 1994 menunjukkan adan 50-80% peningkatan resiko terjadinya impotensi pada perokok bila dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah merokok sama sekali.

KEMATIAN
Kondisi perokok yang menderita bronchitis kronik dan emfisema sungguh menyedihkan. Karena biasanya mereka meninggal dalam keadaan sesak nafas dan sesaknya sulit diatasi. Sedangkan penderita jantung koroner biasanya meninggal secara mendadak karena serangan jantung. Sebelum meninggak biasanya ia mengalami nyeri dada, kemudian denyut jantung berhenti.
Biasanya perokok yang menderita bronchitis kronik, kalau diperiksa, juga ada kelainan jantung. Jadi, antara bronchitis kronik dengan jantung koroner itu beriringan. Kalau jantungnya lemah, maka dia meninggal karena serangan jantung.
Nah sahabat Darussalam, bayangkan uang sebesar Rp 500 miliar setiap hari “dibakar” secara mubazir, sungguh menakjubkan. Kalau uang sebesar itu digunakan untuk bekal menyongsong hari esok, sedekah, dan berinfak, pasti jau akan lebih bermanfaat. Lalu sahabat tunggu apa lagi…?



ADINDA
Sumber : Nabila

0 komentar:

Posting Komentar